Industri pakan menanggapi dengan baik pengumuman pemerintah tentang tahun 2017 sebagai tahun swasembada jagung. Volume impor bahan pakan jagung turun dari 3,16 juta ton (2014) menjadi 2,74 juta ton (2015), dan turun tajam menjadi 884.000 ton (2016), menunjukkan hal tersebut. “Pabrik pakan ternak sampai saat ini belum ada impor jagung untuk bahan pakan. Melalui pola kerja sama dengan pemerintah dalam melakukan penyerapan dan pembelian hasil panen jagung dari petani sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan jagung sebagai bahan pakan”, kata Hudian, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).
Hudian menegaskan, pada tahun 2017 GPMT tidak pernah mewajibkan untuk mengimpor jagung. Dia menilai perlu klarifikasi atas beredarnya rumor bahwa GPMT mengusulkan impor pakan gandum untuk mengisi kekurangan pasokan jagung di dalam negeri.
Dia menjelaskan: “Impor feed wheat sebesar 200 ribu MT itu hanya sebagai salah satu komponen formula pakan karena tidak diproduksi di dalam negeri, dan bukan sebagai pengganti jagung”. “Jumlah 200 ribu MT tersebut akan digunakan untuk waktu 3 bulan atau rata-rata 70 ribu MT per bulan, maka dibandingkan dengan kebutuhan satu juta MT jagung per bulan, penggunaan feed wheat tersebut dimaksudkan sebagai komponen improvement feed performance”, jelas Hudian.
Dalam Jambore Peternakan Nasional di Cibubur, Nasrullah, selaku Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyatakan langkah pemerintah untuk mengendalikan impor jagung cukup beralasan karena produksi jagung lokal sudah menunjukkan peningkatan sehingga memastikan ketersediaan bahan pakan aman.
Berdasarkan kondisi tanam Januari-Juni 2017, potensi produksi sebesar 21,86 juta ton yang dapat digunakan untuk memenuhi 12 bulan kebutuhan bahan pakan ternak (rata-rata 950.000 ton per bulan: 700.000 ton untuk industri pakan, 250.000 untuk peternak mandiri). Ditambah kondisi tanam pada Juli 2017 dan Agustus 2017 yang diperkirakan panen Oktober-Desember 2017 akan terjadi surplus 6 juta ton (Pusdatin, September 2017).
Selain itu, Nasrullah menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi ketersediaan jagung yang dilakukan tim gabungan yang terdiri dari Kementerian Perekonomian, Bulog, GPMT, dan unsur internal Kementerian Pertanian (Ditjen PKH, Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Pusat Data dan Informasi Pertanian) yang dilakukan di sentra jagung di 9 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Selain itu, Dirjen PKH I Ketut Diarmita menjelaskan: “Ke depan untuk meningkatkan mutu dan keamanan, terutama pemenuhan persyaratan kadar air, maka dalam penanganan pasca panen perlu didukung oleh penyediaaan silo dan dryer di sentra-sentra produksi”. Kemudian ia menambahkan: “Selain itu, penanganan pasca panen ini juga akan meningkatkan efisiensi yang diharapkan mampu memperpendek rantai tata niaga jagung dari saat ini”
Jika Anda sedang membutuhkan jagung untuk pakan ternak, tepat sekali Anda berada di website PT. Putra Nasa Mandiri sebagai pabrik jagung pipil untuk pakan ternak. Kami menawarkan harga jagung grosir. Untuk info lebih lengkapnya, Anda dapat menghubungi kontak kami.
Tlp :
031 600 18570